Honor Nol Rupiah, Semangat 45
Seorang Ashari Nurdin, pria kelahiran Bantul 15 Januari 1935 ini dikenal sebagai seorang yang rendah hati dan tangguh.Walaupun telah memasuki usia 75 tahun, setiap hari masih disibukkan dengan aktivitas mengajar dan menyelesaikan administrasi sekolah. Hari-harinya dihabiskan dengan bekerja , bersenandung dan beribadah.
Saat ini Ashari tinggal bersama istrinya haniyah. Empat orang anaknya yaitu Khoirul banati, Sri Setyowati,Abdullah dan Nurhasanah telah menikah dan bertempat tinggal di Desa lain.Dari keempat anaknya telah dikarunia 4 orang cucu.
Menjadi guru tidak tetap ( GTT ) di SD Muhammadiyah Serut Palbapang Bantul honor Rp.0; dijalani dengan ikhlas. Ketika beberapa teman GTT menerima honor atau tunjangan fungsional, beliau tidak cemburu dan tetap menjalankan rutinitasnya tanpa mengeluh. Aktivitasnya tidak kalah dengan guru-guru yang masih muda.
Bahkan saat ini masih aktif menjadi pembina pranuka, ekstrakulikuler yang sebenarnya berat dijalani oleh orang seusianya.Meskipun telah lama memasuki masa pensiun, fisiknya masih kuat. Setiap hari bersepeda menempuh jarak pergi pulang kira-kira 10 km. jarak sejauh itu di tempuh dalam waktu 1 jam.Berangkat pukul 06.00 WIB dan sampai di rumah kembali pukul 14.00 WIB. ketika ada kediatan pramuka atau ada kegiatan lain di sekolah, tiba di rumah sudah malam. Ashari mengenyam pendidikan sejak zaman jepang. Belajar di sekolah rakyat (1942-1945), SMP Muhammadiyah Bantul (1945-1948). Sempat berhenti sekolah pada waktu terjadi agresi militer Belanda II tahun 1949, Ashari kemudian melanjutkan ke Muallimin Yogyakarta (1951-1953). Ashari perrnah merangkap kepala sekolah di lima SD (1968-1971), diantaranya SD Muhammadiyah Senggotan, SDM Ambarbinangun, SDM Peleman, SDM Krapyak Wetan, dan SDM Pendowoharjo. Mulai mengajar di SD Muh. Pendowoharjo (1953-1956). Kemudian berpindahtugas di Madrasah ibtidaiyah Bantul yang sekarang SDM. Bantul kota (1956-1963), SD Pendowoharjo sebagai kepala sekolah (1963-1971) sekaligus merangkap SD yang lain. Pada tahun 1971-1995) menjabat kepala sekolah di SDM Serut. Setelah pensiun tahun 1995 Ashari tetep melanjutkan mengajar sebagai GTT sampai sekarang. Ashari mempunyai motto hidup "sebaik-baik orang adalah yang ilmunya bermanfaat bagi orang lain, maka marilah menggunakan waktu sehat sebelum sakit." Ketika ditanya tentang mengapa bersedia menjadi GTT yang digaji Rp 0,-? Dengan humor khasnya, ia menjawab sambil tersenyum, GTT itu Guru Tetap Tabah. Ashari juga turut berjasa besar dalam pembangunan SD Muhammadiyah Serut. Tahun 1979 pernah memimpin membuat batu bata sejumlah 50.000 buah yang digunakan untuk pembangunan gedung baru. Pekerjaan itu dilakukan secara gotong-royong bersama warga masyarakat Serut dan sekitarnya. Dedikasi dan pengorbanan seperti yang dilakukan Ashari Nurdin saat ini sudah jarang kita temui. Kisah diatas hendaknya dapat menumbuhkan inspirasi kita bahwa tidah semua pekerjaan hanya bisa dihargai dengan uang. Dengan keikhlasan kita dapat berbuat banyak untuk negeri ini.
Selengkapnya...