Senin, 06 Desember 2010

NYAI “WALIDAH” AHMAD DAHLAN PEJUANG INSAN CENDEKIA WANITA INDONESIA

Siapakah Nyai Walidah Itu ? Beliau adalah isteri dari pendiri Persarikatan Muhammadiyah yaitu K.H Ahmad Dahlan. Selanjutnya lebih dikenal dengan nama Nyai Ahmad Dahlan. Beliau adalah putri dari Kiai Penghulu Haji Ibrahim bin Kiai Muhammad Hasan Pengkol bin Kiai Muhammad Ali Ngraden Pengkol. Sehingga nama kecil beliau Siti Walidah binti Kiai Penghulu Haji Ibrahim bin kiai Muhammad Hasan Pengkol bin Kiai Muhammad Ali Ngraden Pengkol. Nyai Ahmad Dahlan adalah pendiri dari organisasi Aisyiyah. Nyai Ahmad Dahlan adalah salah satu dari sekian banyak pahlawan wanita yang memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Beliau adalah orang yang aktif dalam dunia pendidikan, keagamaan, dan sosial. Tak hanya itu, beliau juga memiliki peranan penting dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Ibunya bernama Nyai Mas. Nyai Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada tahun 1872 Masehi. Beliau dibesarkan dalam lingkungan yang sangat agamis dan tradisional. Sama seperti pada zaman Ibu Kartini, kaum perempuan dilarang mengenyam pendidikan formal, kaum perempuan hanya diperbolehkan belajar agama saja. Lagipula lembaga pendidikan yangdidirikan oleh Belanda pada waktu itu sangat terbatas, sehingga hanya golongan tertentu saja yang dapat mengenyam pendidikan.
Orang tua dari Nyai Ahmad Dahlan juga hanya mendidik agama, namun setelah beliau menikah dengan K.H. Ahmad Dahlan beliau semakin belajar banyak tentang agama dari suaminya. Selain belajar agama kepada suaminya, beliau juga belajar untuk mendirikan sebuah organisasi.
Walaupun tidak dapat mengenyam pendidikan formal, Nyai Ahmad Dahlan tetap menjadi pribadi yang memiliki wawasan yang luas. Hal ini dikarenakan beliau akrab dengan tokoh-tokoh nasional teman-teman suaminya, seperti Jenderal Soedirman, Bung Tomo, Ir. Soekarno, Kyai Haji Mas Mansyur dll.
Berangkat dari perjuangan suami dan rekan-rekannya tersebut, beliau terinspirasi untuk memajukan kaum wanita dengan mulai membentuk pengajian untuk kalangan wanita yang diberi nama Sopo Tresno. Tidak hanya bab agama yang diajarkan disana, namun juga ditanamkan nilai-nilai pendidikan didalamnya. Kelompok pengajian Sopo Tresno ini didirikan pada tahun 1914 yang kemudian pada tahun 1923 berganti nama menjadi Aisyiyah. Di dalam kelembagaan ini, beliau memperkenalkan emansipasi bagi kaum perempuan, dan juga beliau menentang adanya kawin paksa.
Mulanya usaha beliau mendapatkan banyak kontra dari masyarakat, namun lambat laun organisasi itu kemudian dapat diterima oleh masyarakat. Dengan kegiatan seperti diatas diharapkan akan timbul suatu kesadaran bagi kaum wanita tentang kewajibannya sebagai manusia, isteri, hamba Allah, serta sebagai warga negara.
Dalam suatu pertemuan dirumah Nyai, yang dihadiri oleh Kyai Muhtar, Kyai Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusuma, KH Fakhruddin, dan pengurus Muhammadiyah lainnya, timbul pemikiran untuk mengubah Sopo Tresno menjadi sebuah organisasi wanita islam yang mapan. Semula “Fatimah” diusulkan sebagai nama organisasi itu, tetapi tidak disepakati seluruh tokoh yang hadir. Kemudian oleh almarhum Haji Fakhrudin dicetuskan nama “Aisyiyah” yang dipakai sampai sekarang.
Maka pada tanggal 22 April 1917 organisasi itu diresmikan. Upacara peresmian bertepatan waktunya dengan peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW yang diadakan oleh Muhammadiyah untuk pertama kalinya secara meriah dan besar. Siti Bariyah tampil sebagai ketuanya. Dan pada tahun 1922, Aisyiyah resmi menjadi bagian dari Muhammadiyah.
Ia yang dikenal sebagai “Ibu Muhammadiyah” dan pengurus Aisyiyah sering mengadakan perjalanan ke luar daerah mendatangi cabang-cabang Aisyiyah seperti Boyolali, Purwokerto, Pasuruan, Malang, Kepanjen, Ponorogo, Madiun, dan sebagainya. Tahun 1926 saat Konggres Muhammadiyah ke-15 di Surabaya, Nyai Dahlan merupakan wanita pertama yang tampil memimpin kongres itu. Aisyiyah yaitu perkumpulan yang mulai tampak dan merata di seluruh Indonesia, bukan hanya di Jawa saja.
Nyai Ahmad Dahlan berpulang ke Rahmatullah, pada tanggal 31 Mei 1946. Tidak hanya kaum Muhammadiyah dan Aisyiyah saja yang berkabung, tapi hampir seluruh kaum Muslimin di Indonesia. Dia dimakamkan dipemakaman di belakang Masjid Besar Kauman Jogyakarta.
Melalui usaha dan pemikirannya, Nyai Ahmad Dahlan mendapatkan Anugerah Bintang Anumerta dari Pemerintah Indonesia. Beliau juga dikelompokkan sebagai Pahlawan Nasional sesuai dengan surat Presiden no. 042/TK/TH 1971 tanggal 22 September 1971. Beliau dirasa pantas mendapatkan penghargaan tersebut karena perjuangan beliau dalam memperjuangkan hak kaum perempuan terutama dalam bidang pendidikan sosial agar terlepas dari belenggu penjajahan. Bahkan saat beliau dalam keadaan sakit sekalipun beliau tetap berbuat untuk kepentingan perjuangan Bangsa Indonesia.
Nah sobat Gembira, betapa mulianya perjuangan yang dilakukan oleh Nyai Ahmad Dahlan, untuk itu kita wajib mensyukurinya dan bagi para perempuan, sudah semestinya berterimakasih kepada Nyai Ahmad Dahlan yang telah memajukan kaum perempuan Indonesia.


sumber : M Gembira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan pesan/pertanyaan di bawah ini